Jumat, 07 Oktober 2011

Mimpi dan Cita-cita Hari ini adalah kenyataan dimasa Depan

Hampir semua orang pasti memiliki cita-cita.Cita-cita merupakan tujuan,visi,obsesi dan juga salah satu motor penggerak motivasi manusia.Banyak diantara kita yang rela melakuakan apa saja demi mencapai cita-cita.Mulai dari pengorbanan materi , tenaga , pikiran dan sebagainya. Bahkan cara-cara tak “layak’pun dilakukan demi cita-cita.

Pada Agustus itu,tentu sangatlah akrab dengan PAMB (Pembekalan Awal Mahasiswa Baru) bagi para mahasiswa yang masuk PTN.Para mahasiswa diajak melihat kembali tujuan awal dating ke kampus yang telah menjadi pilihannya.Tentunya pembekalan awal ini menjadi motivator semangat bagi para mahasiswa untuk mewujudkan semua cita-citanya.

Di awal masuk PTN para mahasiswa sesungguhnya memasuki babak baru rangkaian merajut cita-cita.Babak baru di mana mereka akan dihadapkan dengan bermacam hal guna menyelesaikan study.Seperti masalah produser administrasi ,beban prestasi akademik yang harus diraih tiap semester, dana, sampai masalah pergaulan.

Ajang memasuki dunia kampus kadang dianggap pula oleh para mahasiswa , sebagai ajang kebebasan .Melakukan segalah hal tanpa ada keterikatan ataupun paksaan.Pergaulan  ala anak muda yang kadang menyeret mereka kepada hubungan sosial bahkan hubungan seksual yang menyimpang,sehingga tujuan awal mereka masuk ke kampus menjadi melenceng dan jauh dari sasaran sebuah cita-cita.
Melencengnya arah sasaran sebuah cita-cita tentu tak akan membuahkan hasil yang diharapkan .Mungkin mereka ada yang beranggapan cita-cita hanya patut dipertanyakan kepada pelajar Sekolah Dasar (SD) saja,yang biasanya lantang menjawab  cita-citanya.Saya tak bermaksud membandingkan para mahasiswa dengan pelajar SD, namun hanya bermaksud member gambaran.

Pelajar  SD memberikan jawaban tanpa ragu ketika gurunya menanyai mereka mengenai cita-cita.Dokter, guru,pilot dan lainnya menjadi pilihan dari jawaban mereka, meski mereka tak mengetahui apa, bagaimana, dan seperti apa profesi yang mereka sebutkan itu.Lantas mengapa di antara mahasiswa ada yang masih merasa gamang dalam merajut cita-cita bersama kampusnya? Bahkan sampai kehilangan arah, “mengapa” dating ke kampus.

Rasa gamang ini merupakan bentuk keraguan dan rasa tak percaya akan kemampuan diri, tak percaya dengan jalan hidup yang ada, bahkan rasa tak percaya akan keberuntungan dan keberhasilan yang akan diperoleh.Ditambah lagi rasa takut akan ketatnya persaingan para pemburu kerja. Sampai pada iming-iming  “orang dalam” dan “sejumlah materi” untuk bisa mendapatkan posisi yang layak dari sebuah pekerjaan yang dianggap bergensi ketika memasuki dunia kerja.
Belum lagi asumsi masyarakat yang sering terlontar “banyak sarjana banyak juga pengangguran “ terus menghantui mahasiswa, sehingga mereka tak yakin kalau mereka bisa.Apalagi jika di dalam perjalanan akademik, mereka mendapat kendala yang mematahkan semangat  jurang.Jalan sikap tak ambil pusing kadang menjadi jalan pintas . Mengacuhkan segalah masalah sehinggasaat studi selesai semua kompetensi yang seharusnya dimiliki ternyata nihil. Tentu ledekan sarjana ujung-ujung pengangguran akan benar  adanya.
Sudah saatnya asumsi itu harus dipatahkan . Semangat untuk berhasil harus  terus dipupuk tanpa henti , merajut semua cita-cita dengan rasa optimis ,yakin bahwa diri bisa jadi yang terbaik ,terpuji dan terhormat adalah sebuah fondasi yang kuat ,sehingga keyakinan dengan kemampuan diri yang terus terasa pasti akan melahirkan personal yang kompeten.

Jadi sebuah  cita-cita dapat tercapai tak harus dengan ada tidaknya orang dalam , sejumlah materi namun pada kompetensi yang dimiliki.Ingatlah bukan hal yang mustahil mimpi dan cita-cita kita hari ini adalah kenyataan di masa depan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar